Halaman

Jumat, 18 Oktober 2013

Jangan Katakan "Dinasti", Katakan "Wangsa"

Persoalan kata dinasti mencerminkan betapa memprihatinkan Bahasa Indonesia pada masa sekarang. Ini bukan masalah remeh, ini masalah masa depan bahasa kita, masa depan sebuah bangsa.
Dynasty dalam Bahasa Jepang = Ōchō 
Dynasty dalam Bahasa Cina = Wangchao

Dynasty dalam Bahasa Arab = Salaalah (سلالة). Bukan DINASTIYAH
Dynasty dalam Bahasa Indonesia = dinasti (?)

Kita harus cari terjemah Bahasa Indonesianya, jangan cuma asal gampangan mengganti bunyinya. Dan kata itu adalah WANGSA. KATA WANGSA SUDAH DIGUNAKAN DI NUSANTARA/INDONESIA SEJAK DULU. CUMA SEKARANG SAJA KITA MELUPAKANNYA DAN MENGGUNAKAN KATA DINASTI. Saya membaca sendiri bagaimana BUKU-BUKU SEJARAH BERBAHASA INDONESIA TERBITAN TAHUN 50-AN MASIH MENGGUNAKAN KATA WANGSA. Di sana tidak ada kata dinasti.
Ingat, di antara raja dalam sejarah Nusantara ada yang bernama DHARMAWANGSA TEGUH. Lihat, dharma+wangsa. Di Malaysia masih ada kata WANGSA MAJU, di Indonesia sekarang masih tersisa kata WANGSA BENOA, WANGSAYUDHA, WANGSANEGARA, MBAH WONGSO, DLL. TAPI SELAMA INI KITA MUNGKIN TIDAK TAHU ATAU TIDAK MAU TAHU APA ITU ARTI DARI WONGSO DAN WANGSA.
Ayo, jangan sampai lama-lama Bahasa Indonesia menjadi semacam tiruan mentah dari Bahasa Inggris. BAHASA ADALAH JATIDIRI SEBUAH BANGSA. Jadi, usulan saya, lebih tepat jika dynasty

dalam Bahasa Indonesia = WANGSA


Tidak ada komentar:

Posting Komentar